ILMU PENGETAHUAN BAGAI CAHAYA DALAM GELAP

Sabtu, 14 November 2009

Mati Tenggelam

Tenggelam adalah suatu keadaan dimana terjadi asfiksia yang menyebabkan kematian, akibat udara atmosfer tidak dapat masuk ke dalam saluran pernafasan, karena sebagian atau seluruh tubuh berada di dalam air. Bagi sebagian besar organisme yang bernapas dengan paru, seember air sama efektifnya dengan lautan Pasifik untuk merampas suplai oksigen yang diperlukan. Dengan demikian, proses tenggelam merupakan salah satu bentuk asfiksia yang berpotensi menyebabkan kematian.

Angka tepat kematian akibat tenggelam yang terjadi di seluruh dunia masih belum pasti. Pada kurun waktu 1960 hingga 1990, kematian akibat tenggelam diperkirakan 140.000 orang per tahun. Sekitar 10% kasus tenggelam berakibat kematian. Hal ini menunjukkan lebih dari 1 juta orang mengalami episode near drowning – suatu keadaan yang berkenaan dengan kelangsungan hidup setelah suatu episode tenggelam, meskipun korban dapat meninggal setelahnya sebagai hasil proses patofisiologik. Pada tahun 2000, Badan Kesehatan Dunia (WHO) mencatat terdapat 400.000 kejadian tenggelam yang tidak disengaja. Artinya, angka ini menempati urutan kedua setelah kecelakaan lalu lintas. Bahkan Global Burden of Disease (GBD) menyatakan bahwa angka tersebut sebenarnya lebih kecil dibanding seluruh kematian akibat tenggelam yang disebabkan oleh banjir, kecelakaan angkutan air dan bencana lainnya.

Tenggelam tidak hanya terbatas di dalam air dalam seperti laut, sungai, danau atau kolam renang, tetapi mungkin pula terbenam dalam kubangan atau selokan dengan hanya muka yang berada di bawah permukaan air. Tenggelam pada umumnya merupakan kecelakaan, baik kecelakaan secara langsung berdiri sendiri, maupun tenggelam yang terjadi oleh karena korban dalam keadaan mabuk, berada di bawah pengaruh obat atau ppada mereka yang tersering epilepsy. Pembunuhan dengan cara menenggelamkan jarang terjadi, korban biasanya bayi atau anak-anak, pada orang dewasa dapat terjadi tanpa sengaja, yaitu korban sebelumnya dianiaya, disangka sudah mati, padahal hanya pingsan. Untuk menghilangkan jejak korban dibuang ke sungai, sehingga mati karena tenggelam.

[fulltext pdf download] [Baca pendahuluannya di sini...]

HIPERTIMIA

Hipertimia adalah suasana perasaan yang secara perfasif dan dalam waktu yang lama memperlihatkan semangat dan kegairahan yang berlebihan terhadap berbagai aktivitas kehidupan. Perilakunya menjadi hiperaktif dan tampak energik secara berlebihan. Konsep hipertimia pertama kali diperkenalkan oleh Stark KW pada awal abad ke-19. Meskipun istilah ini tidak tercantum dalam DSM-IV dan ICD-10, hipertimia penting untuk menggambarkan tingkatan afektif berupa kegembiraan yang berlebih, overoptimistik, atau bahagia; ekstravert, dan beberapa kriteria lain, yang dalam skala tertentu berbeda dengan hipomania.

Afek hipertimia dalam masyarakat relatif jarang, umunya bersifat kronik, dan sering kali berkembang ke arah gangguan afektif bipolar. Sebagian besar dimulai pada fase awal remaja dan akan dialami dalam jangka waktu yang lama atau bahkan seumur hidup. Gambaran klinisnya adalah selalu energik, banyak bicara, penuh perencanaan, banyak ide dan umumnya mampu menularkan idenya kepada orang lain, bersikap acuh tak acuh terhadap segala bahaya yang mungkin terjadi akibat perbuatannya. Gejolak seksual biasanya tinggi dan promiskuitas dapat terjadi.

Keadaan hipertimia sering kali diikuti dengan sikap kasar, mudah marah, dan melakukan suatu perbuatan secara terus-menerus. Penyalahgunaan serta ketergantungan alkohol dan stimulansia tidak jarang menyertai keadaan hipertimia. Komplikasi lanjutan hipertimia terhadap kehidupan sosial penderitanya adalah kegagalan bisnis dan permasalahan rumah tangga yang meningkat.

Hingga saat ini, belum ada satu pun penelitian yang khusus menelaah bagaimana penanganan yang tepat untuk hipertimia. Karena sering disamakan dengan hipomania dan gangguan afektif bipolar, maka terapi yang diberikan adalah litium atau divalproex. Namun, mengingat perjalanan penyakit yang lama, maka pemberian terapi jangka panjang harus diwaspadai akan efek samping yang mungkin muncul.

[fulltext pdf download] [Baca pendahuluannya di sini...]

Peran fitoestrogen genistein pada kedelai (Glycine max) dalam mengurangi risiko dan menghambat kanker paru pada wanita pascamenopause

Genistein merupakan salah satu senyawa polifenol golongan isoflavon yang ditemukan pada beberapa tanaman. Jenis tanaman yang paling banyak mengandung senyawa ini adalah kacang kedelai (Glycine max). Secara kimiawi, struktur genistein menyerupai struktur esterogen sehingga senyawa ini disebut juga senyawa fitoestrogen. Kemiripan struktur ini menyebabkan beberapa sifat genistein menyerupai estrogen. Dengan demikian, genistein dapat digunakan sebagai pengganti estrogen apabila terjadi gangguan produksi estrogen (3), misalnya pada wanita pascamenopause.

Dari beberapa penelitian, diketahui bahwa estrogen merupakan salah satu hormon tubuh yang dapat digunakan dalam terapi berbagai penyakit. Namun penelitian yang dilakukan Chambliss membuktikan bahwa terapi pengganti hormon estrogen kurang efektif dalam menggantikan fungsi estrogen endogen secara keseluruhan. Hal ini dikarenakan ada beberapa fungsi estrogen endogen yang tidak dapat digantikan oleh estrogen eksogen sintetis. Dengan demikian, perlu adanya estrogen eksogen lain yang alami dan efektivitasnya lebih tinggi, misalnya dengan pemberian fitoestrogen genistein.

Pemberian genistein memiliki beberapa keuntungan dibanding dengan terapi hormon eksogen lain, karena genistein dapat berfungsi sebagai antikanker melalui beberapa mekanisme. Mekanisme tersebut antara lain genistein dapat berperan sebagai antioksidan, antiangiogenik, inhibitor protein kinase , dan inhibitor proliferasi dan metastasis sel kanker. Dengan demikian, asupan bahan makanan yang mengandung genistein, seperti beberapa produk kedelai dapat mengurangi risiko penyakit kanker. Salah satu jenis kanker yang pertumbuhannya dapat dicegah dengan pemberian genistein adalah kanker paru.

Kanker paru merupakan salah satu jenis kanker dengan angka kejadian cukup tinggi. Menurut Cersosimo, satu dari empat kematian wanita akibat kanker disebabkan oleh kanker paru. Tingginya insidensi kanker paru pada wanita terkait dengan status menopausal dan status merokok aktif. Menurut Scahabat, wanita pascamenopause dengan status perokok aktif lebih rentan terkena kanker ini dibanding wanita produktif dengan status yang sama. Hal ini dikarenakan menurunnya efek proteksi tubuh terhadap pertumbuhan sel kanker di paru yang diperankan oleh esterogen pada wanita pascamenopause. Dengan demikian, diet makanan yang mengandung fitoesterogen genistein diperlukan karena senyawa ini dapat menggantikan fungsi esterogen dalam menghambat proliferasi dan metastasis sel kanker.

Secara umum, penghambatan pertumbuhan dan proliferasi sel kanker merupakan dasar pencegahan dan terapi kanker. Namun, terapi kanker paru yang saat ini sering dilakukan memiliki efek samping yang cukup berat. Dengan demikian, perlu adanya alternatif terapi lain yang lebih efektif dan aman. Hal inilah yang melatarbelakangi pentingnya penjelasan mengenai perlunya diet fitoestrogen genistein pada wanita pascamenopause dengan kanker paru.

[fulltext pdf download] [Baca pendahuluannya di sini...]

Aspek Genetika Preeklampsia

Setelah pengetahuan mengenai genetika manusia telah mencapai tahap lanjut, dan 97% dari gen manusia telah dipetakan melalui suatu proyek pemetaan gen. Penelitian tentang gen terus berlanjut, serta digunakan untuk mencari dasar-dasar penyakit manusia, sehingga diharapkan penelitian tentang gen ini dapat membantu hal tersebut. Telah diketahui pula bahwa banyak penyakit yang terjadi karena adanya suatu kerusakan pada gen seseorang. Perspektif terhadap penyakit atau ancaman kesehatan telah berubah, dimana penyakit disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya faktor genetik dan lingkungan.

Penyakit dengan berbagai faktor penyebab dikenal dengan penyakit multifaktorial atau penyakit kompleks, dan preeklampsia merupakan salah satunya. Penyakit kompleks adalah fenotip yang tidak menunjukkan adanya sifat pewarisan dominan maupun resesif dari Mendel dari suatu lokus gen. Gen yang terlibat sangat bervariasi, baik dalam bentuknya yang berperan dalam kesehatan manusia dan perkembangannya. Walaupun tiap gen memiliki efek yang berbeda pada suatu individu, namun hal tersebut biasanya memiliki pola yang sama pada suatu populasi, serta memiliki peran penting terhadap kesehatan suatu kelompok masyarakat.

Secara umum, terdapat 2 pendekatan terhadap penyakit yang disebabkan oleh genetik, yaitu: bakal gen yang akan diteliti dapat dipelajari, gen yang dicari dari regio yang sebelumnya belum diketahui, atau gen tersebut telah diketahui sangat penting dalam terjadinya proses penyakit. Pada pendekatan pertama, gen sudah diketahui dan dapat dideskripsikan.

[fulltext pdf download] [Baca pendahuluannya di sini...]

PRINSIP DASAR FARMAKOLOGI DAN APLIKASI OBAT ANESTESI

Istilah anestetik dikemukakan pertama kali oleh O.W. Holmes yang artinya tidak ada rasa sakit. Anestetik dibedakan menjadi 2 kelompok yaitu anestetik lokal yang merupakan penghilang rasa sakit tanpa disertai hilang kesadaran, dan anestetik umum sebagai penghilang rasa sakit yang disertai hilangnya kesadaran. Semua zat anestesi umum menghambat susunan saraf secara bertahap, mula-mula fungsi yang kompleks akan dihambat dan yang paling akhir adalah medula oblongata yang mengandung pusat vasomotor dan pusat pernafasan yang vital. Guedel (1920) membagi anestesi umum dengan eter menjadi 4 stadium, yaitu stadium analgesia, satdium delirium, stadium pembedahan, dan stadium paralisis medulla.

Obat anestetik lokal adalah obat yang menghambat hantaran saraf bila dikenakan secara lokal pada jaringan saraf dengan kadar cukup. Obat ini bekerja pada setiap bagian saraf. Pemberian anestetik lokal pada kulit akan menghambat transmisi impuls sensorik, sebaliknya pemberian anestetik lokal pada batang saraf menyebabkan paralisis sensorik dan motorik di daerah yang dipersarafinya. Mekanisme kerja anestetik lokla adalah mencegah konduksi dan timbulnya impuls saraf. Tempat kerjanya terutama di membran sel.

Prinsip dasar farmakologi obat anestetik, meliputi transfer membran, absorbsi, metabolisme, distribusi, dan eliminasi obat. Pada anestetik lokal, peristiwa farmakologik ini lebih sederhana tanpa mempengaruhi pusat kesadaran di SSP.

Kepentingan utama farmakologi anestetik secara klinis adalah dalam menentukan dosis yang optimal untuk suatu obat, dimana dalam selang dosis tersebut obat akan mempunyai efek terapi tanpa menimbulkan efek toksik. Seberapa besar jumlah yang diperlukan ditentukan dengan menentukan tingkat konsentrasi minimal yang dapat menimbulkan efek separuh dari efek terapi yang diharapkan, dan tingkat konsentrasi maksimal yang umumnya ditentukan pada jumlah konsentrasi obat.

[fulltext pdf download [Baca pendahuluannya di sini...]

DAKRIOSISTITIS

Sistem eksresi air mata mudah mengalami infeksi dan peradangan yang disebabkan oleh berbagai factor. Tujuan fungsional dari system eksresi air mata adalah untuk mengalirkan air mata dari mata ke dalam kavum nasal. Adanya hambatan air mata yang patologis pada system drainase air mata dapat menyebabkan terjadinya dakriosistitis.

Dakriosistitis adalah suatu infeksi pada kantong air mata yang terletak di antara sudut bagian dalam kelopak mata dengan hidung. Dakriosistitis biasanya disebabkan oleh karena adanya blockade pada saluran yang mengalirkan air mata dari kantong air mata ke hidung. Duktus yang terhalang menjadi terinfeksi. Dakriosistitis dapat berupa akut maupun kronik. Hal ini dapat dihubungkan dengan suatu malformasi pada duktus lakrimalis, luka, infeksi pada mata, maupun trauma.
Dakriosistitis akut ditandai dengan gejala mendadak berupa nyeri dan kemerahan pada daerah kantus medialis. Adanya epifora merupakan karakteristik pada peradangan kronik pada duktus lakrimalis.

Bentuk khas dari peradangan pada kantong air mata adalah dakriosistitis congenital, yang secara patofisiologi sangat erat kaitannya dengan embryogenesis system eksresi lakrimal. Dakriosistitis sering timbul pada bayi yang disebabkan karena duktus lakrimalis belum berkembang dengan baik. Pada orang dewasa, infeksi dapat berasal dari luka atau peradangan pada hidung. Meskipun demikian, pada kebanyakan kasus, penyebabnya tidak diketahui.

[fulltext pdf download] [Baca pendahuluannya di sini...]

Anemia pada Keganasan

Anemia didefinisikan sebagai “suatu defisiensi patologis dalam hal jumlah hemoglobin yang membawa oksigen dalam sel-sel darah merah”. Hal ini merupakan masalah yang umum terjadi terutama pada pasien kanker dan sering kali merupakan akibat dari terapi-terapi yang digunakan untuk menekan atau mengendalikan tumor. Anemia diasosiasikan dengan fatigue- suatu perasaan lemah atau berkurangnya kapasitas fisik dan mental yang tidak hilang dengan beristirahat (kelelahan).Gejala-gejala tambahannya meliputi berkurangnya kemampuan untuk melakukan fungsi-fungsi sehari-hari dan kemungkinan terganggunya fungsi kognitif, sakit kepala, pusing, nyeri dada dan nafas pendek, mual, depresi dan rasa nyeri yang kadang-kadang terjadi. Gejala-gejala ini sering kali diperparah dengan coexisting disease(s) (penyakit-penyakit yang menyertai). Terdapat banyak kompromi yang diperlukan jika seseorang mengalami anemia simtomatik. Hal ini dapat mempengaruhi kemampuan toleransi terhadap terapi. Anemia juga diasosiasikan dengan prognosis yang buruk dan peningkatan kematian.
[download pdf] [Baca pendahuluannya di sini...]