ILMU PENGETAHUAN BAGAI CAHAYA DALAM GELAP

Senin, 12 Juli 2010

UPAYA MENURUNKAN ANGKA KEMATIAN IBU

Angka kematian ibu merupakan angka yang didapat dari jumlah kematian ibu untuk setiap 100.000 kelahiran hidup, sehingga berkaitan langsung dengan kematian ibu. Kematian ibu adalah kematian wanita dalam kehamilan atau sampai dengan 42 hari pasca-terminasi kehamilan, yang disebabkan kehamilan, manajemen tatalaksana, maupun sebab lain. Penyebab kematian tersebut dapat berhubungan langsung maupun tidak langsung dengan kehamilan, dan umumnya terdapat sebab utama yang mendasari. Dalam upaya memudahkan identifikasi kematian ibu, WHO telah menetapkan sejumlah sistem klasifikasi kematian ibu. Dengan adanya sistem ini, diharapkan akan meningkatkan kewaspadaan, perencanaan tindakan, dan pada akhirnya akan menurunkan angka kematian ibu.

Di berbagai negara di dunia, upaya menurunkan angka kematian ibu telah menunjukkan banyak keberhasilan. Negara-negara tersebut berhasil menekan angka kematian ibu sedemikian rupa, karena adany kebijakan yang dilakukan secara intensif, misalnya menambah subsidi masyarakat untuk pencegahan penyakit, perbaikan kesejahteraan, dan pemeriksaan kesehatan ibu. Beberapa masalah khusus, seperti tromboemboli, perdarahan, preeklampsia dan eklampsia, dan sebab-sebab mayor lainnya mendapat prioritas utama, karena persentase kematian ibu akibat masalah-masalah tersebut begitu tinggi. Sistem administrasi klinis juga perlu dibina, yang meliputi akreditasi pelayanan, manajemen risiko, peningkatan profesionalitas, dan pengaduan pasien.
Dengan mengenali berbagai masalah utama terkait angka kematian ibu dan upaya-upaya potensial yang efektif dalam menurunkannya, maka secara keseluruhan tidak hanya mengurangi jumlah kematian, tetapi juga menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu dan bayi. Meskipun intervensi kesehatan yang dilakukan hanya meliputi aspek yang terbatas, seperti pengadaan tenaga terampil dalam pertolongan persalinan, tatalaksana gawat darurat obstetri yang memadai, dan keluarga berencana. Namun, keberhasilan dalam upaya perbaikan kesehatan maternal ini secara tidak langsung akan meningkatkan derajat kesehatan bangsa.
[download pdf lengkap] [Baca pendahuluannya di sini...]

Berbagai Komplikasi Sinusitis dan Penatalaksanaannya

Sebagian besar infeksi virus penyebab pilek seperti common cold dapat menyebabkan suatu sumbatan pada hidung, yang akan hilang dalam beberapa hari. Namun jika terjadi peradangan pada sinusnya, dapat muncul gejala lainnya seperti nyeri kepala dan nyeri tekan pada wajah. Sinusitis adalah infeksi atau peradangan dari mukosa sinus paranasal. Sinusitis mungkin hanya terjadi pada beberapa hari (sinusitis akut) atau berlanjut menjadi sinusitis kronis jika tanpa pengobatan yang adekuat.

Angka kejadian sinusitis akut mendekati 3 dalam 1000 orang, sedangkan sinusitis kronis lebih jarang kira-kira 1 dalam 1000 orang. Bayi di bawah 1 tahun tidak menderita sinusitis karena pembentukan sinusnya belum sempurna, tetapi sinusitis dapat terjadi pada berbagai usia dengan cara lain.
Infeksi sinus seperti yang kita ketahui kini lebih jarang dibandingkan era pra-antibiotik. Pasien sering kali masih mengaitkan gejala-gejala seperti nyeri kepala, sumbatan hidung, drenase post-nasal, kelemahan, halitosis dan dispepsia dengan disfungsi sinus. Namun demikian, penyakit sinus menimbulkan kumpulan gejala yang agak karakteristik yang hanya bervariasi sesuai beratnya penyakit dan lokasinya.
Prinsip utama dalam menangani infeksi sinus adalah dengan drainase sinus, pemberian antibiotik, dan mencegah komplikasi. Sinusitis yang tidak ditangani dan diabaikan dapat menyebabkan berbagai komplikasi, terutama pada organ-organ vital di sekitarnya. Bahaya komplikasi ini bergantung seberapa besar derajat kerusakan jaringan. Komplikasi tersering adalah perluasan penyakit hingga ke orbita, susunan saraf pusat, dan meluas secara sistemik.
[download pdf lengkap] [Baca pendahuluannya di sini...]

Prediksi Pencegahan Osteoporosis Terkait Pajanan Sinar Matahari

Menurut WHO (1994), osteoporosis adalah suatu penyakit dengan sifat-sifat khusus seperti massa tulang rendah yang disertai dengan perubahan mikroarsitektur tulang dan penurunan kualitas jaringan tulang yang pada akhirnya menyebabkan terjadinya fraktur tulang karena meningkatnya kerapuhan tulang. Bronner (1994), menyatakan bahwa penyakit ini menyerang tulang nyaris tanpa gejala dan baru disadari setelah terjadi perubahan bentuk tulang atau kejadian patah tulang yang merupakan kondisi osteoporosis lanjut. Bonjour (2001) menyatakan bahwa kehilangan tulang pada penyakit osteoporosis terjadi secara perlahan dan kehilangan tulang ini terjadi dengan cepat. Seringkali penyakit ini tanpa gejala sampai terjadinya patah tulang, sehingga penyakit ini sering disebut sebagai penyakit tanpa gejala (silent disease).

Osteoporosis adalah sesuatu yang kompleks, kondisi yang dipengaruhi banyak faktor dengan karakterisasi pengurangan massa tulang dan kerusakan struktur mikroarsitektural, yang menyebabkan peningkatan kerusakan tulang. Walaupun pada umumnya kekuatan tulang (termasuk massa dan kualitas tulang) ditentukan oleh genetis, banyak faktor-faktor lainnya (gizi, lingkungan dan gaya hidup) juga mempengaruhi tulang. Gizi adalah faktor penting dalam pembentukan dan pemeliharaan massa tulang dan mencegah terjadinya osteoporosis. Sekitar 80-90% kandungan mineral tulang terdiri dari kalsium dan fosfor. Komponen lainnya seperti protein, magnesium, seng, tembaga, besi, fluor, vitamin D, A, C dan K juga dibutuhkan dalan metabolisme tulang secara normal. Sementara itu, faktor-faktor pengganggu yang dapat mempengaruhi kesehatan tulang adalah kafein, alkohol dan fitoestrogen. Selanjutnya dengan mengetahui interaksi antara faktor-faktor yang berbeda seperti zat gizi, lingkungan, gaya hidup dan keturunan (genetis) akan dapat lebih membantu untuk mengerti akan kompleksitas terjadinya osteoporosis.

Vitamin D merupakan salah satu faktor penting pada kejadian osteoporosis Orang dewasa yang kekurangan vitamin D dapat menderita osteoporosis, yaitu suatu penyakit di mana terjadi penurunan massa dan jaringan tulang sehingga meningkatkan risiko terjadinya fraktur. Individu dengan kulit yang gelap dianjurkan untuk mengkonsumsi suplemen vitamin D karena mereka kesulitan untuk memproduksi vitamin D dari sinar matahari secara alami. Pada orang-orang yang mengalami musim dingin yang panjang (misalnya di daerah Kanada), terjadi risiko kekurangan vitamin D karena kurangnya sinar matahari pada musim-musim tersebut untuk membantu produksi vitamin D secara alami, khususnya bagi yang berusia lebih dari 50 tahun.
[download pdf lengkap] [Baca pendahuluannya di sini...]

Perdarahan Antepartum Akibat Plasenta Previa

Angka kematian maternal masih menjadi tolok ukur untuk menilai baik buruknya keadaan pelayanan kebidanan dan salah satu indikator tingkat kesejahteraan ibu. Angka kematian maternal di Indonesia tertinggi di Asia Tenggara. Menurut SKRT tahun 1992, yaitu 421 per 100.000 kelahiran hidup, SKRT tahun 1995, yaitu 373 per 100.000 kelahiran hidup dan menurut SKRT tahun 1998 tercatat kematian maternal yaitu 295 per 100.000 kelahiran hidup. Diharapkan PJP II (2019) menjadi 60 - 80 per 100.000 kelahiran hidup.

Penyebab terpenting kematian maternal di Indonesia adalah perdarahan 40-60%, diikuti dengan infeksi 20-30% dan keracunan kehamilan 20-30%. Sisanya sekitar 5% disebabkan penyakit lain yang memburuk saat kehamilan atau persalinan. Perdarahan sebagai penyebab kematian ibu terdiri atas perdarahan antepartum dan perdarahan postpartum. Perdarahan antepartum merupakan kasus gawat darurat yang kejadiannya berkisar 3% dari semua persalinan.
Perdarahan antepartum adalah perdarahan yang terjadi setelah kehamilan 22 minggu. Biasanya lebih banyak dan lebih berbahaya daripada perdarahan kehamilan sebelum 22 minggu, Sehingga memerlukan penanganan yang berbeda. Diagnosis secara tepat sangat membantu menyelamatkan nyawa ibu dan janin. Penyebabnya antara lain plasenta previa, solusio plasenta, dan perdarahan yang belum jelas sumbernya.
Plasenta previa merupakan salah satu penyebab tersering perdarahan antepartum. Perdarahan yang terjadi merupakan komplikasi akibat letak implantasi plasenta yang berada di segmen bawah rahim dan menutupi sebagian atau seluruh ostium uteri internum. Dengan penatalaksanaan yang baik, kematian maternal dapat di cegah dan derajat mortalitas perinatal dapat ditekan hingga kurang dari 50 per 1000 kelahiran hidup.
[download pdf lengkap] [Baca pendahuluannya di sini...]

Penyakit Menular Seksual Dalam Kehamilan

Penyakit menular seksual, atau PMS adalah berbagai infeksi yang dapat menular dari satu orang ke orang yang lain melalui kontak seksual. Menurut the Centers for Disease Control (CDC) terdapat lebih dari 15 juta kasus PMS dilaporkan per tahun. Kelompok remaja dan dewasa muda (15-24 tahun) adalah kelompok umur yang memiliki risiko paling tinggi untuk tertular PMS, 3 juta kasus baru tiap tahun adalah dari kelompok ini.

Beberapa PMS dapat berlanjut pada berbagai kondisi seperti Penyakit Radang Panggul (PRP), kanker serviks dan berbagai komplikasi kehamilan. Para peneliti mendapati bahwa infeksi kelamin terkait dengan risiko keguguran pada trimester pertama dan kedua. Selain itu, infeksi kelamin yang menyebar secara hematogen dan masuk ke sirkulasi janin akan menimbulkan kecacatan, terhambatnya pertumbuhan, hingga janin mati dalam kandungan. Untuk itu, wanita hamil disarankan untuk melakukan skrining dan penanganan sedini mungkin sejak awal kehamilan sehingga mengurangi risiko kehamilannya.
Terdapat banyak penyakit menular seksual atau penyakit kelamin yang dikenal, namun yang tersering adalah gonore, sifilis, HIV/AIDS, kondiloma akuminata, bacterial vaginosis, infeksi genital nonspesifik, hepatitis B, herpes genitalis, CMV, kandidiasis vulvovaginalis, dan trikomoniasis. Perhatian lainnya ditujukan kepada pengobatan penyakit, dimana pemilihan obat yang aman bagi ibu dan janin harus diperhatikan, namun efektivitasnya terhadap penyakit cukup baik.
[download pdf lengkap] [Baca pendahuluannya di sini...]