ILMU PENGETAHUAN BAGAI CAHAYA DALAM GELAP

Jumat, 20 Agustus 2010

Polip Serviks

Serviks merupakan bagian uterus yang berada di bagian bawah, berupa saluran yang menghubungkan uterus dengan vagina. Pada daerah ini sering didapatkan pola pertumbuhan jaringan abnormal, baik jinak maupun ganas. Salah satu kasus yang dapat ditemukan adalah bentuk polip serviks. Polip serviks merupakan pertumbuhan massa polip atau tumor bertangkai, yang berasal dari permukaan kanal serviks. Polip serviks tumbuh dari kanal serviks dengan pertumbuhan ke arah vagina. Terdapat berbagai ukuran dan biasanya berbentuk gelembung-gelembung dengan tangkai yang kecil. Secara histopatologi, polip serviks sebagian besar bersifat jinak (bukan merupakan keganasan) dan dapat terjadi pada seseorang atau kelompok polulasi.

Polip serviks dapat tumbuh dari lapisan permukaan luar serviks dan disebut sebagai polip ektoserviks. Polip ektoserviks sering diderita oleh wanita yang telah memasuki periode paska-menopause, meskipun dapat pula diderita oleh wanita usia produktif. Prevalensi kasus polip serviks berkisar antara 2 hingga 5% wanita.2 Pada wanita premenopause (di atas usia 20 tahun) dan telah memiliki setidaknya satu anak, pertumbuhan polip sering berasal dari bagian dalam serviks, atau disebut polip endoserviks. Meskipun pembagian polip serviks menjadi polip ektoserviks dan endoserviks cukup praktis untuk menentukan lokasi lesi berdasarkan usia, namun hal itu bukan merupakan ukuran absolut untuk menetapkan letak polip secara pasti. Sejumlah prosedur lain tetap harus dilakukan sebelum tindakan bedah dan pengobatan dilakukan.
Polip serviks memiliki ukuran kecil, yaitu antara 1 hingga 2 cm. Namun, ukuran polip dapat melebihi ukuran rata-rata dan disebut polip serviks raksasa bila melebihi diameter 4 cm. Polips serviks berukuran besar jarang ditemukan di polulasi dan gambaran mengenai penyakit ini sedikit sekali dibahas dalam literatur-literatur ginekologi. Dalam laporan kasus international yang termuat di MEDLINE, hanya terdapat 8 kasus yang dilaporkan sepanjang periode 1966 – 2002, menggambarkan kecilnya angka kejadian tersebut di dunia.
[download pdf lengkap] [Baca pendahuluannya di sini...]

Peranan Obat Golongan Statin Terhadap Penyakit Jantung Koroner

Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan kelompok penyakit jantung yang terutama disebabkan penyempitan arteri koronaria akibat proses aterosklerosis atau spasme koroner, atau kombinasi dari keduanya. Secara statistik, angka kejadian penyakit jantung koroner di dunia terus meningkat dari tahun ke tahun, baik di negara berkembang maupun negara maju. Di Amerika misalnya, sekitar 500.000 orang meninggal akibat penyakit ini tiap tahunnya. Di Eropa, 40.000 dari 1 juta orang juga menderita penyakit jantung koroner. Bahkan, di Indonesia, penyebab kematian mulai bergeser dari penyakit infeksi ke penyakit kardiovaskular. Secara keseluruhan, jumlah kematian akibat PJK di seluruh dunia adalah sekitar 15 juta per tahun atau 30% dari seluruh kematian dengan berbagai sebab.

Manifestasi klinik PJK yang klasik adalah angina pektoris. Angina pektoris ialah suatu sindroma klinis di mana didapatkan sakit dada yang timbul pada waktu melakukan aktivitas karena adanya iskemik miokard. Hal ini menunjukkan bahwa telah terjadi > 70% penyempitan arteri koronaria. Angina pektoris dapat muncul sebagai angina pektoris stabil (APS, stable angina), dan keadaan ini bisa berkembang menjadi lebih berat dan menimbulkan sindroma koroner akut (SKA) atau yang dikenal sebagai serangan jantung mendadak (heart attack) dan bisa menyebabkan kematian.
Mengingat tingginya angka kematian akibat PJK, maka pengambilan keputusan klinis sebagai dasar pengobatan PJK memerlukan evidence based medicine yang tinggi. Salah satu penanganan PJK disamping modifikasi gaya hidup adalah pengobatan konvensional menggunakan obat golongan statin. Studi yang dilakukan MIRACL (Myocardial Ischemia Reduction with Aggressive Cholesterol Lowering) membuktikan pemberian statin mampu menurunkan angka morbiditas dan mortalitas PJK secara bermakna. Sebelumnya, American Heart Association (AHA) juga mengeluarkan rekomendasi untuk memulai penggunaan terapi penurunan kolesterol, salah satunya adalah statin, saat pasien dipulangkan dari rumah sakit.
Statin merupakan obat antihiperlipidemia atau antikolesterol yang menghambat kerja enzim HMG-KoA reduktase yang berperan dalam proses sintesis kolesterol. Berbagai uji klinik terhadap kejadian kardiak menunjukkan bahwa statin tidak hanya berperan menurunkan kolesterol, tetapi juga memiliki efek non-lipid langsung dan tak langsung, seperti memperbaiki fungsi endotel, mengurangi respons inflamasi, meningkatkan stabilitas plak, dan mengurangi kecenderungan pembentukan trombus. Mengingat pentingnya manfaat statin terhadap penyakit jantung koroner, maka pada makalah ini akan dipaparkan semua hal yang berkenaan dengan penyakit jantung koroner dan statin sebagai salah satu obat untuk menanggulanginya.
[download pdf lengkap] [Baca pendahuluannya di sini...]

Diagnosis dan Tatalaksana Penyakit Jantung Bawaan Asianotik Pada Anak

Di antara berbagai kelainan bawaan (congenital anomaly) yang ada, penyakit jantung bawaan (PJB) merupakan kelainan yang paling sering ditemukan. Di Amerika Serikat, prevalensi penyakit jantung bawaan sekitar 8-10 dari 1000 kelahiran hidup, dengan sepertiga di antaranya bermanifestasi dalam kondisi kritis pada tahun pertama kehidupan dan 50% dari kegawatan pada bulan pertama kehidupan berakhir dengan kematian. Di Indonesia, dengan populasi 200 juta penduduk dan angka kelahiran hidup 2%, diperkirakan terdapat sekitar 30.000 penderita PJB.

Penyakit jantung bawaan adalah penyakit jantung yang dibawa sejak lahir, di mana kelainan pada struktur jantung atau fungsi sirkulasi jantung terjadi akibat gangguan atau kegagalan perkembangan struktur jantung pada fase awal perkembangan janin. Penyebab PJB sendiri sebagian besar tidak diketahui, namun beberapa kelainan genetik seperti sindroma Down dan infeksi Rubella (campak Jerman) pada trimester pertama kehamilan ibu berhubungan dengan kejadian PJB tertentu.
Secara umum terdapat 2 kelompok besar PJB yaitu PJB sianotik dan PJB asianotik. PJB sianotik biasanya memiliki kelainan struktur jantung yang lebih kompleks dan hanya dapat ditangani dengan tindakan bedah. Sementara PJB asianotik umumnya memiliki lesi (kelainan) yang sederhana dan tunggal, namun tetap saja lebih dari 90% di antaranya memerlukan tindakan bedah jantung terbuka untuk pengobatannya. Sepuluh persen lainnya adalah kelainan seperti kebocoran sekat bilik jantung yang masih mungkin untuk menutup sendiri seiring dengan pertambahan usia anak.
Penyakit jantung bawaan asianotik meliputi 75% dari seluruh prevalensi kelainan jantung bawaan. Secara garis besar dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu PJB asianotik dengan pirai kiri ke kanan, dan tanpa pirai (obstruktif). Kelompok dengan pirai meliputi defek septum ventrikel (VSD), defek septum atrium (ASD), duktus arteriosus persisten (PDA), dan endocardial cushion defect (ECD). Kelompok tanpa pirai meliputi stenosis pulmonar, stenosis aorta, dan koarktasio aorta. Masing-masing kelainan memiliki ciri tersendiri, termasuk dalam teknik diagnosis dan tatalaksana.
Mengingat pentingnya penegakan diagnosis dan tatalaksana yang cepat dan tepat pada PJB asianotik, maka perlu adanya pemahaman yang lebih baik mengenai kelainan ini, karena sebagian gejala yang terdapat pada kelainan ini tidak khas dan deteksi dininya cukup sulit.
[download pdf lengkap] [Baca pendahuluannya di sini...]